Menanti Putusan MK, Warga Papua Diminta Waspada Isu SARA
- account_circle Redaksi
- calendar_month 5 jam yang lalu
- visibility 5

Papua – Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pemilihan Gubernur Papua telah selesai dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat yang tinggi. Kini, proses demokrasi berlanjut ke tahap berikutnya: sengketa hasil pemilu yang sedang diproses oleh Mahkamah Konstitusi (MK) di Jakarta.
Marinus Yaung selaku Aktivis Papua dikesempatannya mengatakan, meski hasil resmi belum diputuskan, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kedamaian, merawat kerukunan, dan tidak terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memecah belah persatuan, terutama yang menyentuh isu agama atau suku.
“Kita sudah selesai memilih, sekarang mari kita dewasa menyikapi hasilnya. Bagi yang tidak puas, sudah ada jalur hukum. Tidak perlu ribut di jalanan atau di media sosial,” ucap marinus.
Ia menegaskan bahwa suasana damai harus tetap dijaga, apa pun hasil yang akan diputuskan MK nanti. “Berbeda pilihan politik itu wajar. Tapi jangan sampai merusak ikatan toleransi yang selama ini menjadi kekuatan masyarakat Papua,” tambahnya.
Selain itu, dirinya juga mengingatkan bahwa suasana pasca-PSU rawan digunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab untuk memprovokasi masyarakat dengan isu SARA. Ia mengajak seluruh umat beragama untuk menjaga komunikasi yang sehat dan menahan diri dari narasi kebencian.
“Kita ini bersaudara. Jangan karena beda calon, lalu hubungan antarumat rusak. Agama mana pun pasti mengajarkan damai,” ujar aktivis Papua, Marinus Yaung.
Marinus menyebut bahwa momen ini menjadi ujian kedewasaan berdemokrasi masyarakat Papua. “Pemilu boleh panas, tapi setelah itu kita harus kembali sejuk. Demokrasi akan kuat kalau rakyatnya bijak,” pungkasnya.
Dengan toleransi dan saling menghormati, masyarakat Papua diharapkan bisa melewati masa pasca PSU ini dengan damai hingga keputusan final dari Mahkamah Konstitusi diumumkan.(rd)
- Penulis: Redaksi